Zona Peristiwa - Surabaya - Pembungkaman Aspirasi dan kebebasan berpendapat era jaman Orba kembali terjadi di Negara kita ini, yang nota bene sudah menganut paham demokrasi, hal ini terbukti dan terjadi kepada Ketua Umum (Ketum) Arek Suroboyo Bergerak beserta jajaran penggurus dan anggotanya, mendapatkan surat pemanggilan.
Dengan adanya Surat pemanggilan oleh Penyidik Resmob Polrestabes Surabaya kepada saya (Diana Rosiana Samar), terkait demo pada (15/07/2022) yang lalu, tentang perihal perusakan pintu pagar sisi timur Pemkot Surabaya adalah menurut saya berlebihan dan bersifat norak.
Diana menjelaskan, "kalau hari ini pagar bengkok menjadi alasan Pemkot Surabaya melaporkan saya, begitu juga sebaliknya saya akan melaporkan Walikota Surabaya dan Mal fungsionnya Bangkesbangpol Surabaya atas kinerjanya yang amburadul.
"Dan ketika pada saat Warga datang dengan beretikad baik, parahnya tidak di terima malah ditutup pagarnya, kita hanya mau masuk dan bertemu dengan Walikota, yang sebagai bapak e wong Suroboyo untuk mendengar Aspirasi suara hati nurani rakyat kecil, kami bukan perampok, kami rakyat yang mau ketemu Walikota yang sudah dipilihnya, kita memilih Eri Cahyadi sebagai Walikota Surabaya, yang artinya kita memberi mandat kepada beliau untuk menjadikan Surabaya lebih baik, bukan malah mundur kebelakang, "jelasnya.
Melanjutkan penjelasan'nya Diana mengungkapkan jika, "dengan adanya peristiwa pelaporan ini sudah menjadi bukti bahwa Walikota Surabaya bukan Walikota yang Demokratis melainkan seorang penguasa yang arogan dan ingin membungkam Aspirasi aktivis Suroboyo.
"Yang pasti hal itu jelas mengebiri UUD pasal 27 tentang kemerdekaan berpendapat berserikat dan berkumpul, sekarang pagar bengkong menjadi lebih mahal daripada rakyat yang sedang berjuang untuk mempertahankan tanah miliknya, itu adalah hal yang memalukan dan menjijikkan di kota yang disebut kota Pahlawan, "ungkapnya.
Kembali Ia (Diana red) menuturkan, "dalam hal ini Eri Cahyadi telah mengubah kota Pahlawan ini menjadi kota pengkhianat, karena telah mengkhianati rakyatnya sendiri. Dan mirisnya terjadi di bulan kemerdekaan, "tuturnya.
Setelah itu melanjutkan statement dari Ketua Umumnya, aktivis pergerakan dan penggurus inti ASB serta sekaligus sebagai Ketua Umum (Ketum) Komunitas Banteng Asli Nusantara (KOMBATAN) yang biasa di sapa dengan sebutan Rudi Gaol menyatakan, "pemimpin itu harusnya akomodatif dan inspiratif, memberi teladan dan mampu melihat skala prioritas yang jelas, "ujarnya.
Selanjutnya Rudi menambahkan, "dalam kasus pelaporan Pemkot terkait aksi 15 juli silam, ada satu hal yang penting dan bersifat urgent adalah mengakomodir perjuangan para Veteran untuk mempertahankan tempat tinggalnya, namun yang terhormat Walikota Surabaya memprioritaskan pagar yang roboh ketimbang memperjuangkan nasib para Pahlawan Veteran, "imbuhnya.
Pada akhir penyampaian pamungkasnya Rudi menyampaikan, "kejadian yang saya tegaskan di atas tadi adalah sebuah Ironi kemerdekaan di bumi Pahlawan ini, dan dari sini kita bisa melihat sejauh apa kecerdasan Spritual seorang penguasa dalam melihat suatu persoalan, bukan'nya membungkam sebuah gerakan Moral bahkan menjadikan'nya bola salju bagi perlawanan, dan terakhir saya menghimbau dan berharap kepada, para pemuda dan arek arek Suroboyo merapatkan barisan untuk mengadakan Kongres Rakyat Suroboyo terkait kepemimpinan yang mulia dan terhormat Walikota Surabaya Eri Cahyadi dan tetap semangat, bagi kawan kawan yang memilih bergerak dalam perjuangan kerakyatan, "pungkasnya sambil memekikan Merdeka....
(Jack Zoper)
Editor : Redaksi zonaperistiwa