Pringsewu | zonaperistiwa.com |
- Masyarakat Kabupaten Pringsewu diimbau lebih waspada terhadap penularan HIV/AIDS. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan, jumlah kasus HIV di wilayah ini mengalami peningkatan signifikan hingga akhir 2024 dan awal 2025.
Hingga Desember 2024, tercatat 389 orang dengan HIV (ODHIV) di Pringsewu, atau 145ri estimasi kasus. Namun dari angka tersebut, hanya 279 orang (72%) yang menjalani pengobatan ARV (antiretroviral), dan baru 162 pasien (58%) yang berhasil menekan jumlah virus dalam tubuh (VL tersupresi).
“Kami mencatat peningkatan signifikan jumlah kasus HIV di Pringsewu dalam setahun terakhir. Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya cakupan tes dan masih kuatnya stigma di masyarakat. Akibatnya, banyak penderita yang terlambat terdeteksi,” ungkap Dr. Hadi Muhtarom, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu.selasa (01/07/2025).
“Kami mengimbau masyarakat untuk tidak takut atau malu melakukan tes HIV. Penanganan dini bisa menyelamatkan nyawa, dan HIV bukan lagi penyakit mematikan jika tertangani dengan baik, Rahasia pasien dijamin aman,” tambahnya.
Masalah Serius: Banyak Pasien Hilang dari Pengobatan
Tak hanya rendahnya angka pengobatan, Pringsewu juga menghadapi masalah Loss to Follow-Up (LFU) — pasien yang tidak lagi melanjutkan pengobatan. Data menunjukkan ada 110 pasien HIV yang hilang dari sistem layanan, sebagian besar setelah memulai pengobatan. Hal ini sangat berisiko menimbulkan penularan baru di masyarakat.
Selain itu, sepanjang 2024 terjadi 51 kematian akibat HIV, dan hingga April 2025, sebanyak 97 pasien dirujuk ke luar daerah, sebagian besar karena alasan pekerjaan.
Tes HIV Masih Rendah, OPD Diminta Ikut Bergerak
Capaian tes HIV di Pringsewu periode Januari–April 2025 belum memuaskan. Dari target 6.680 orang, baru 1.622 (26,69%) yang sudah dites. Beberapa puskesmas menunjukkan capaian tinggi, seperti Wonosari (43,36%) dan Fajar Mulya (41,72%), tapi masih banyak wilayah lain yang di bawah 30%.
Dinas Kesehatan berharap dukungan dari OPD lain di luar sektor kesehatan, seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Kemenag, hingga pemerintahan desa, untuk ikut mendorong edukasi dan pelaksanaan tes HIV.
Siapa yang Paling Terdampak?
Sebagian besar penderita HIV di Pringsewu adalah laki-laki (75%), berusia produktif antara 25–49 tahun. Kelompok risiko tertinggi adalah pasangan dengan perilaku seksual berisiko tinggi serta laki-laki seks dengan laki-laki (LSL).
Ayo Tes HIV, Lindungi Diri dan Keluarga
HIV tidak menular melalui sentuhan, makanan, atau berbagi alat makan. Penularan terjadi melalui hubungan seksual tidak aman, seks sesama jenis, penggunaan jarum suntik bersama, dan dari ibu ke anak saat hamil atau menyusui. Tes HIV itu gratis, rahasia, dan menyelamatkan.
Pemerintah menegaskan, peran aktif semua pihak sangat dibutuhkan untuk menekan penyebaran HIV. Bukan hanya Dinas Kesehatan, tetapi seluruh pemangku kebijakan, tokoh masyarakat, dan keluarga harus terlibat.
(*/Irfan)
Editor : Kaperwil Lampung