Zonaperistiwa Surabaya - Pertapaan Indrokilo di Desa Talun Nongko, Kabupaten Pasuruan, menjadi saksi bisu kegiatan istimewa Garda Pali Budaya Pasopati Nusantara pada Sabtu, 19 April 2025. Dengan semangat tinggi, para Kesatria Garda Pali melakukan perjalanan kolektif mendaki menuju situs bersejarah tersebut, menandai momen penting dalam sejarah pelestarian budaya Nusantara.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Pasukan Garda Pali memulai pendakian dari area parkir menuju Pertapaan Indrokilo. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kota dan Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Kota dan Kabupaten Malang, Kota Batu, Mojokerto, Jombang, Ngawi, Magetan, Nganjuk, Bangkalan, serta Semarang dan Solo dari Jawa Tengah.
Kegiatan pendakian ini terbagi dalam empat kloter. Kloter pertama mendaki pada Jumat dengan 12 peserta, dipimpin oleh Ki Ronggo dan Ki Rosyid. Kloter kedua, sebanyak 17 peserta, naik pada Sabtu pukul 12.00 WIB dipimpin oleh Mbah Pri. Kloter ketiga menyusul pukul 16.00 WIB dengan 10 orang dipimpin oleh Kang Puguh dan Ki Hari dari Kabupaten Pasuruan. Kloter terakhir berjumlah 11 peserta, mendaki pada pukul 19.00 WIB.
Cuaca cerah mendukung seluruh rangkaian perjalanan. Para peserta dengan lancar melewati jalur dari area parkir hingga Pos 1, kemudian berlanjut ke Petilasan Satria Manggung dan Pos 2, tempat peristirahatan yang juga menyediakan warung minuman. Perjalanan dilanjutkan hingga tiba di Pintu Gerbang Situs Jejak Leluhur Pertapaan Indrokilo. Di sana, berdiri megah bangunan Eyang Kabul atau Sri Menganti, simbol situs leluhur, serta Monumen yang mencatat ketinggian Pertapaan Indrokilo di 1.413 meter di atas permukaan laut.
Kegiatan pemantapan Garda Pali Budaya Pasopati Nusantara ini menjadi tonggak awal terbentuknya pasukan penjaga serta pelindung adat dan budaya Nusantara di bawah panji Pasopati Cakra Nusantara. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum Pasopati Cakra Nusantara, Kanjeng Pangeran Arya Senopati Mpu Ki Bagus, dalam wawancara saat sarasehan malam hari yang dimulai pukul 20.00 WIB. Sarasehan tersebut juga mengupas maksud dan tujuan pembentukan Garda Pali Budaya kepada seluruh anggota yang telah berkumpul di Pendopo Pertapaan.
Di bawah naungan Pelindung dan Pembina Utama, Marsda Ir. Tri Bowo S., M.M., M.Tr.(Han), acara dilanjutkan hingga pukul 23.00 WIB dengan doa dan harapan agar seluruh kegiatan berjalan lancar dan penuh keberkahan. Suasana hening dan damai melingkupi malam itu, memberikan ketenangan bagi para peserta yang kemudian beristirahat menyatu dengan alam.
Keesokan paginya, suasana semakin mempesona saat dilaksanakan Upacara Apel Pagi, yang menjadi momen penyematan resmi kostum kaos Garda Pali Budaya Pasopati Nusantara kepada para Kesatria Garda. Upacara dimulai dengan penghormatan Bendera Merah Putih, menyanyikan Lagu Indonesia Raya, pembacaan Pancasila, Ikrar Panca Dharma Setia Garda Pali Budaya, dan ditutup dengan doa untuk para leluhur.
Pembentukan Garda Pali Budaya Pasopati Nusantara merupakan bentuk nyata kepedulian dan kesadaran untuk menjaga serta melindungi adat dan budaya bangsa. Diharapkan, keberadaan Garda ini menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian budaya Nusantara dari berbagai ancaman yang dapat melemahkan atau meruntuhkannya.
“Jika bukan kita yang menjaganya, lalu siapa lagi?” menjadi seruan utama dalam semangat pelestarian ini. Garda Pali hadir sebagai penjaga marwah budaya bangsa dengan tekad yang tak tergoyahkan.(red)
Editor : Redaksi zonaperistiwa