Zonaperistiwa Di Desa Jubellor, Lamongan, sekam padi dulunya hanya dianggap sisa panen yang tak berguna. Namun, musim KKN tahun ini mengubah pandangan itu. Mahasiswa Kelompok 90 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya hadir membawa sesuatu yang tak biasa: briket.
Bukan sekadar praktik teknologi, tapi sebuah gagasan yang tumbuh dari kenyataan desa. “Mayoritas warga di sini adalah petani padi. Sekamnya melimpah tapi selama ini hanya dijual murah atau dibakar begitu saja,” cerita Alvinna Mawaddah, salah satu mahasiswi KKN. “Kami ingin mengubahnya jadi sesuatu yang punya nilai ekonomi.”
Program ini bukan berjalan instan. Mahasiswa KKN 90 lebih dulu memetakan potensi desa, lalu merancang program kerja yang mengusung tema pemberdayaan UMKM. Dari sanalah muncul ide membuat briket dari sekam padi, sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan bisa dibuat secara mandiri.
Prosesnya sederhana tapi penuh makna: sekam dibakar menjadi arang, ditumbuk, lalu dicampur dengan perekat alami dari tepung kanji. Setelah dicetak, briket dijemur selama dua hingga tiga hari. “Sekam ini nggak cuma mudah didapat, tapi juga menghasilkan asap lebih sedikit dibanding bahan bakar lain,” ujar Fianta Elsya, mahasiswi lain yang terlibat aktif dalam proyek ini.
Para mahasiswa memang bukan berasal dari jurusan pertanian atau teknik. Tapi semangat belajar mereka jadi bahan bakar utama. “Kami pelajari sendiri dari nol. Karena yang terpenting itu bukan keahlian khusus, tapi kemauan untuk memberi manfaat,” kata Ummi Kulsum.
Sosialisasi dan praktik pembuatan briket dilakukan di Balai Desa, menggandeng ibu-ibu PKK sebagai sasaran utama. Mereka bukan hanya antusias, tapi juga sudah memikirkan kelanjutannya. “Program ini sangat bagus dan menjadi motivasi bagi masyarakat Desa Jubellor agar ke depannya dapat dijadikan sebagai kegiatan produktif yang dikelola melalui BUMDes,” ujar Nuriyati Sumarlan, Ketua PKK desa.
Tak hanya soal produksi, para mahasiswa juga membekali warga dengan pelatihan pemasaran digital. Mereka sadar, produk sebaik apa pun tak akan berjalan tanpa strategi yang tepat. Harapannya, briket ini bukan hanya digunakan di rumah tangga, tapi juga bisa dipasarkan lebih luas sebagai produk UMKM desa.
Meski masa KKN hanya sekejap, namun jejaknya terasa kuat. Dari limbah yang dulu dianggap tak bernilai, kini muncul harapan yang bisa menggerakkan ekonomi warga. Bara kecil sudah menyala, tinggal dijaga, dirawat, dan dikembangkan bersama oleh tangan-tangan desa sendiri.(red)
Editor : Redaksi zonaperistiwa