Zonaperistiwa Surabaya - Pada peringatan Hari Nasional Republic of China (Taiwan) yang ke-113, Taiwan kembali menegaskan komitmennya terhadap demokrasi, perdamaian, kebebasan, dan kemakmuran. Di bawah kepemimpinan Presiden Lai, Taiwan terus menunjukkan perkembangan signifikan di berbagai sektor, baik di tingkat domestik maupun internasional.
Dalam acara yang diadakan malam ini, disampaikan apresiasi atas kemajuan Taiwan dan perannya dalam menjaga stabilitas di kawasan Indo-Pasifik, khususnya di Selat Taiwan.
Fakta objektif bahwa lintas selat Taiwan dan Tiongkok tidak saling berafiliasi ditegaskan kembali. Taiwan, yang berada di garis depan kawasan Indo-Pasifik, memiliki peran penting dalam menahan laju otoritarianisme. Taiwan juga mendukung "4 Pilar Perdamaian Utama" yang diusulkan Presiden Lai untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan serta kawasan sekitarnya.
Pernyataan bersama dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 juga menekankan pentingnya stabilitas di Selat Taiwan, memperlihatkan bahwa Taiwan adalah penghubung penting dalam rantai demokrasi dunia.
Sebagai negara berdaulat, Taiwan terus memperjuangkan haknya untuk berpartisipasi dalam sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi multilateral lainnya, meskipun Resolusi Majelis Umum PBB 2758 tidak menentukan status internasional Taiwan.
Taiwan juga berkomitmen untuk berkontribusi pada isu-isu global dan mengintegrasikan diri lebih jauh dengan dunia, sembari membawa dunia lebih dekat ke Taiwan.
Dalam hal ekonomi, Taiwan menempati peringkat ke-22 ekonomi terbesar di dunia. Pada tahun 2024, daya saing Taiwan berada di peringkat ke-8 dunia, dengan kebebasan ekonominya berada di peringkat ke-4. Taiwan juga merupakan pemimpin global dalam industri semikonduktor, memproduksi lebih dari 95% chip canggih dunia dan lebih dari 90% server kecerdasan buatan (AI).
Negara ini berambisi menjadi "pulau kecerdasan buatan" yang tak pernah terbenam dalam pertumbuhan ekonominya, sekaligus berkontribusi pada kemakmuran dunia.
Taiwan juga mempererat kerja sama dengan Indonesia melalui kebijakan "New Southbound 2.0" yang berfokus pada masyarakat. Indonesia, sebagai mitra dagang terbesar ke-14 Taiwan, mencatat volume perdagangan bilateral mencapai US$10,421 miliar pada tahun 2023.
Investasi Taiwan di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, terus meningkat, dengan lebih dari 120 perusahaan Taiwan beroperasi di wilayah tersebut. Pembangunan industri semikonduktor Indonesia juga mulai direncanakan bersama melalui kolaborasi antara Taiwan, Amerika Serikat, dan Indonesia, yang dipelopori oleh Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Surabaya.
Hubungan antara Taiwan dan Indonesia terus diperkaya melalui berbagai platform, seperti Yushan Forum, kerja sama medis dan pertanian, program beasiswa, serta New Southbound Policy Elite Study Program. Saat ini, terdapat lebih dari 350.000 warga Indonesia di Taiwan, termasuk 20.000 pelajar. Hubungan persahabatan ini semakin kuat dengan adanya organisasi alumni Taiwan yang besar di Jawa Timur.
TETO Surabaya berkomitmen untuk terus memperkuat hubungan bilateral, termasuk dengan memperjuangkan pembukaan kembali penerbangan langsung antara Taiwan dan Surabaya. Hal ini diharapkan dapat mempermudah hubungan bisnis, wisata, pendidikan, serta kunjungan kerja bagi masyarakat dari kedua negara.
Dalam penutupan acara, perwakilan TETO Surabaya menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas dukungan dan persahabatan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Taiwan akan terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memperkuat hubungan dan menjadi mitra yang progresif dalam pembangunan bersama.(red)
Editor : Redaksi zonaperistiwa