Kapolresta Sidoarjo Nonton Bareng Masyarakat Film Sayap-Sayap Patah 2

zonaperistiwa.com

Zonaperistiwa Sidoarjo - Kapolresta Sidoarjo Kombes. Pol. Christian Tobing bersama pejabat utama, komunitas dan masyarakat melaksanakan nonton bareng film Sayap-Sayap Patah 2 di XXI Transmart, Sidoarjo, pada Selasa (13/5/2025).

Tujuan dari nonton bareng film ini, untuk membangun kesadaran publik akan bahaya terorisme dan radikalisme yang dapat mengancam kapan saja. Karena itu, semua memiliki peran dalam menangkal paham tersebut. Pemerintah, dunia pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, komunitas dan sebagainya.

Baca juga: Bupati Subandi Harapkan Peran Aktif TP PKK dalam Pembangunan Kabupaten Sidoarjo

 "Melalui film Sayap-Sayap Patah 2, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama mewaspadai dan mencegah bahaya terorisme dan radikalisme yang dapat menyasar siapa dan kapan saja waktunya," kata Kombes. Pol. Christian Tobing.

Ia menilai film ini mampu menyentuh sisi emosional tanpa kehilangan pesan utama tentang pentingnya melawan terorisme dan radikalisme. Tugas kepolisian yang berat tentu tidak dapat berjalan sendirian. Terlebih dalam menghadapi situasi darurat yang seringkali mengharuskan aparat mengorbankan waktu bersama keluarga demi tugas negara.

Baca juga: Polsek Gedangan Amankan Pelaksanaan Tarawih Pertama di Masjid Al Hidayah

Seperti alur dalam film yang disutradarai oleh Ferry Pei Irawan ini. Dalam kisahnya, berfokus pada Pandu diperankan oleh Arya Saloka, seorang anggota Densus 88 Anti Teror yang menjadi seorang ayah tunggal setelah kehilangan istrinya. Ia berusaha sekuat tenaga menyeimbangkan perannya sebagai penegak hukum, sekaligus ayah bagi putrinya, Olivia.

Sebagai anggota Densus 88, Pandu mendapatkan tugas dari atasannya, Sadikin, untuk menangani kasus sekaligus menyelidiki jejak kelompok teroris lama yang diketuai Leong. Hal ini pun membuat ia makin jarang berada di sisi Olivia.

Baca juga: Kapolda Jatim Beri Pembekalan Siswa Diktuk Bintara Polri dan Dikmaba TNI AD di SPN Mojokerto

Namun, ancaman dari pihak lawan tak kunjung reda. Pandu berada dalam bahaya besar setelah wajahnya terlihat dalam operasi penyergapan, menjadikannya target balas dendam dari kelompok teroris.

Sehingga Pandu dihadapkan pada pilihan sulit antara menjalankan tugas negara atau menjaga keselamatan anak semata wayangnya dari ancaman teroris yang tidak mengenal batas kemanusiaan. Film ini dibuat dalam bentuk fiksi drama yang terinspirasi peristiwa serangan bom molotov di Gereja Samarinda pada 2016.(Bay)

Editor : Redaksi zonaperistiwa

Nasional
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru